OPTIMALISASI KARBON DIOKSIDA (CO2) DALAM GAS ALAM DENGAN CARA MENGGANTI POLA OPERASI MENJADI FULLCOMINGGLE PADA PT. Y
DOI:
https://doi.org/10.53026/prosidingsntem.v4i1.15Keywords:
Gas Alam, Karbon Dioksida, Transmisi, Pola OperasiAbstract
Gas alam adalah salah satu sumber daya alam yang dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Gas alam adalah suatu campuran dengan rumus kimia (CnH2n+2) dimana metana (CH4) adalah komponen utama. Gas alam di Indonesia di distirbusikan dan ditransimisikan melalui pipa oleh salah satu perusahaan negara yaitu PT ABC. PT ABC menyalurkan ke seluruh Indonesia salah satunya area X. Area X menyalurkan gas alam dengan pola operasi metode independent. Pola operasi metode independent adalah pola operasi yang jalur distribusi yang tidak bercampur dengan titik terima lain yang berarti pengalirannya secara terpisah. Salah satu penerima gas alam di area X adalah PT Y tetapi, PT Y mendapatkan gas alam dengan kandungan CO2 tidak sesuai dengan spesifikasi yaitu 6%-7% . CO2 dalam gas alam harus sesuai dengan spesifikasi dari aturan BPH Migas yaitu dibawah 5% yang bertujuan untuk mengurangi efek gas rumah kaca dan mencapai tujuan Net Zero Emission pada tahun 2060. PT Y mendapatkan supply gas alam dari titik terima A dengan kandungan CO2 dalam gas alam 7%-8%. Berdekatan dengan jalur distribusi titik terima A dengan PT Y terdapat jalur distribusi dari titik terima B ke perumahan Z dengan kandungan CO2 dalam gas alam dari titik terima B ialah 1%-2%. Maka dapat dilakuakan perubahan pola operasi dari pola operasi metode independent menjadi pola operasi fullcomingle. Pola operasi fullcomingle adalah pola operasi dengan mencampurkan kedua gas alam dari titik terima berbeda sehingga menghasilkan gas sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Pengaruh dari kandungan CO2 dalam gas alam ialah semakin besar CO2 maka waktu bakar semakin rendah dan sebaliknya. Kandungan CO2 dalam gas alam dapat bereaksi dengan uap air menjadi H2CO3 yang menyebabkan korosi pada pipa. PT Y menerima gas alam pada tanggal 1 November 2023 sebesar 7,02% dan titik terima A mensupply gas alam dengan kandungan CO2 5,95%. PT Z yang mendapatkan gas alam dengan kadar CO2 sesuai dengan spesifikasi dan mendapatkan supply dari titik terima B sebesar 4,75%, maka dari itu pola operasi penyaluran dari titik terima A ke PT Y diubah dari mode independent menjadi fullcomingle agar tercampur gas alam dari titik terima A dan titik terima B dan mendapatkan kandungan CO2 sesuai dengan spesifikasi. Perhitungan dimulai dari 1 November 2023 yang mewakilkan apakah hasil mixing gas alam dengan pola operasi fullcominggle disarankan atau tidak. Menghitung mixing gas alam dengan dasar flowrate titik terima A 30.459,48 dan flowrate titik terima B 32.742,0945 sehingga menghasilkan gas dengan kandungan CO2 sebesar 4,97% yang berarti onspec karena kandungan CO2 di bawah 5%. Oleh karena itu, mengubah pola operasi dari mode independent ke pola operasi fullcominggle disarankan karena menghasilkan gas alam yang sesuai dengan spesifikasi.